Minggu, 15 Juni 2008

Curriculum Vitae

Data Pribadi

N a m a
Prof. Dr. Faisal Afiff, Spec. Lic.

Tempat/Tgl lahir
Cirebon, 9 Nopember 1939

Pangkat/Jabatan
Pembina Utama / Guru Besar

Golongan
IV E

NIP
130 212 047

Alamat Kantor
Fakultas Ekonomi Universitas Padjadjaran
Jalan Dipati Ukur No. 35 Bandung 40132
Telepon : 022 - 2503271 Pesawat : 151
Faximile : 022 - 2501977

Alamat Rumah
Jalan Bukit Dago Selatan 45
Bandung 40135
Telepon : 022 - 2508481
Faximile : 022 - 2504534
Hp : 0817 629 443

Jalan Triplek E1/15
Pondok Jaya - Bintaro Jaya
Tangerang 15225
Telepon : 021 - 7357954
Faximile : 021 - 7357954


Pendidikan Formal

- Idjazah Sekolah Rakjat, Tjirebon 1952.

- Idjazah Sekolah Menengah Umum Tingkat Pertama, Bagian Sastra dan Sosial, No. 50614, Tjirebon, 15 Juli
1955.

- Idjazah Sekolah Menengah Umum Tingkat Atas, Bagian Ekonomi, Kemasjarakatan dan Kehukuman, No. X
28264, Tjirebon, 1958.

- Idjazah Business Management Training Senior, Madjelis Perniagaan dan Perusahaan Djawa Barat, NRP. 247,
Bandung, 28 September 1961.

- Idjazah Sardjana Muda Djurusan Ekonomi Perusahaan, NRP. 620, Fakultas Ekonomi UNPAD, Bandung, 1
Agustus 1962.

- Idjazah Sardjana Djurusan Ekonomi Perusahaan, Fakultas Ekonomi UNPAD, No. D 118/P, Bandung, 1
September 1968.

- Speciale Licentie in de Marketing en Distributie, Faculteit der Economische Wettenschappen,
Rijksuniversiteit Gent, Belgium, 7 Juli 1975. (Spesialis Dalam Ilmu Marketing dan Distribusi, Fakultas
Ekonomi Universitas Gent, Belgia, 7 Juli 1975)

- Doctor in de Economische Wettenschappen, Faculteit der Economische Wettenshappen, Rijksuniversiteit
Gent, Belgium, 8 Juni 1979 (Doktor Dalam Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi Universitas Gent, Belgia, 8 Juni
1979).

- Post Doctorate Study, April - June 1997, University of Tuebingen, Federal Republic of Germany.


Pendidikan Non Formal

- Seminar for Management Experts of Middle-Class Enterprises from Indonesia, Malaysia, The Philippines and -
Thailand, September 6-21st, 1981. Intitute for International Partnership, Federal Republic of Germany.

- Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila Tingkat Propinsi Daerah Tingkat I Jawa Barat Angkatan
XLVII, 23 Januari - 7 Februari 1981, No. 08840 - A.XLVII, Bandung, 7 Februari 1981.

- ENOP Symposium, Paris, 28-30 Jouvier 1982, Masion Des Sciences De L’Homme, 75270, Paris, France.
Advanced Course on Corporate Finance, Fakultas Ekonomi UNPAD - RUG Belgium, May 23, 1983.

- Advanced Course on Accounting System and Theory, Fakultas Ekonomi UNPAD - RUG Belgium, September
16, 1983.

- Advanced Course on Marketing, Fakultas Ekonomi UNPAD - RUG Belgium, November 2, 1983.

- First Annual AAM Conference: Creating Management Synergy in Asian Economics, December 7-8, 1995,
Penang, Malaysia.

- Annual World Business Congress , Penang, Malaysia (3rd) - 1995, Bermuda, USA (4th) - 1996 and Sonju, South
Korea (5th) - 1997.

- Seminar Kiat Meningkatkan Pemasaran dan Pelayanan Wisman Eropa, UNIKA Atma Jaya, Jakarta, 28 April
1995.

- Seminar Silih Asih, Silih Asah and Silih Asuh in Anticipating Economic and Technological Development
Toward the Year 2020, Pasundan University in Cooperation with Curtin University of Technology Perth,
Western Australia, Bandung, July 19, 1995.

- Seminar Kebijakan Ekonomi Makro dan Industri Asuransi Indonesia : Kini dan Masa Datang, UNIKA Atma
Jaya, Jakarta, 20 Juli 1995.

- SME’s Conference, Athens, Greece, 1996 and Bangkok, Thailand, 1997.

- Penataran P4 Manggala Guru Besar, Istana Bogor, Maret 1998.

- Seminar Mencari Bentuk Baru Sistim Bisnis dan Distribusi Indonesia, Fakultas Ekonomi UNPAD (1998) dan
Fakultas Ekonomi UNISBA (1998).

- Seminar Antropologi Pemasaran, Jakarta, April 1998, Ikatan Forum Pemasaran Indonesia (IMAF). -

- Seminar Manajemen Profetik, Jakarta, Maret 1999, Universitas ParamadinaMulya (UPM).

- Seminar Epistemologi Islam : Menuju Sains Yang Memberdayakan Dan Berorientasi Kemanusiaan, The
International Institute of Islamic Thought-Indonesia (IIIT-I), Kamis, 15 Agustus 2002.

- Kongres XV ISEI, Strategi Pembangunan Ekonomi Dalam Era Reformasi Dan Globalisasi, Batu, Malang, 13-15
Juli 2003.

- Seminar Micro, Small & Medium Enterprises Capacity Building, 3rd, Apec Business Advisory Council Meeting,
Saturday, August 2, 2003, Jimbaran, Bali.

- The 5th International Conference on Information Integration and Web-based Applications & Services,
Jakarta, 15-17 September 2003.

- The International Conference on Advances in Mobile Multimedia (MoMM2003), Jakarta, 15-17 September
2003.

- Distance Learning Network : Training Future Teachers in the Co-ordination and Teaching Technique related
to a Distance Learning Course in Business Economics and Financial Reporting, Batam, 7-11 Maret 2005.

- Anggota Delegasi Fakultas Ekonomi Universitas Padjadjaran, mengikuti Seminar Nasional Asosiasi Program
Magister Manajemen Indonesia (APMMI) di Mataram, tanggal 6-7 Juli 2006.


Keanggotaan Dalam Organisasi Profesi

- Anggota Ikatan Alumni UNPAD (IKA UNPAD).

- Anggota Ikatan Alumni Fakultas Ekonomi UNPAD (IKAFE UNPAD).

- Anggota Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI).

- Vice President, Asian Academy of Management (AAM), Malaysia.

- Staff Editor Journal of Asian Academic of Management (AAM), Malaysia.

- Anggota Alumni Speciale Licentie in Marketing en Distributie (ASLM), RUG, Belgia.

- Anggota Ikatan Forum Pemasaran Indonesia (IMAF).

- Anggota KORPRI.

- Anggota Rotary Club Bandung.


Pengalaman Kerja

- Direktur Yayasan Badan Penerbit Fakultas Ekonomi UNPAD (1965-1971).

- Secretary World University Services (WUS), Bandung (1969-1971).

- Ketua Biro Urusan Pendidikan Fakultas Ekonomi UNPAD (1969-1971).

- Pengurus Persatuan Pelajar Indonesia (PPI) Cabang Gent, Belgia (1972-1974).

- Koordinator Proyek Konrad Adenauer Foundation (KAF), Lembaga Manajemen Fakultas Ekonomi UNPAD
(1982-1983).

- Ketua Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi UNPAD (1983/1984-1985/1986).

- Sekretaris Laboratorium Manajemen Fakultas Ekonomi UNPAD (1986-1988).

- Dekan Fakultas Manajemen Keuangan IKOPIN, Jatinangor (1984/85-1993/94).

- Ketua Pelaksana Proyek Kerjasama Pendidikan UNPAD/IKOPIN/ UNPAS/UNISBA/UNSIL /UPM – RUG,
Belgia (1983 sampai dengan sekarang).

- Tim Ahli Badan Pekerja MPR, Wakil Fraksi Utusan Daerah (1997-1998).

- Tenaga Akademik Fakultas Ekonomi UNPAD (1968 sampai dengan sekarang).

- Tenaga Akademik Program Pascasarjana UNPAD/UNPAR/UNPAS/ WIDYATAMA/UPM (1982 sampai dengan
sekarang).

- Tenaga Akademik Fakultas Ekonomi UNPAS/UNISBA/UNLA/MARANATHA/WIDYATAMA/
UNJANI/IKOPIN/UNIKA Atma Jaya/ UPM (1985 sampai dengan sekarang).

- Anggota Senat Fakultas Ekonomi UNPAD.

- Anggota Senat Universitas Padjadjaran.

- Anggota Senat IKOPIN/UPM/UNPAS/UNISBA/UNIKA Atma Jaya.

- Wakil Ketua Forum Pemasaran Indonesia (IMAF) Pusat (1996 sampai dengan sekarang).

- Ketua Forum Studi Pembangunan LPPM UNISBA (1996-1997).

- Pembantu Rektor III Universitas Paramadina (1997- 2005).

- Konsultan Regional Development (2005 sampai dengan sekarang).

- Co-Promotor Asean-EU University Network Programme - ASE/B7-301/1997/0178-20 (2004 sampai dengan
sekarang).

- Mendampingi Duta Besar Belgia H.E. Marc Trenteseau melawat ke Propinsi Kepulauan Riau (KEPRI), 5
Desember 2006.


Pengalaman Kerja di Koperasi

- Ketua Koperasi Fakultas Ekonomi UNPAD (1967-1970).

- Wakil Ketua Koperasi Karyawan Warga UNPAD (1985-1988).

- General Manager PUSKUD Jawa Barat (1990-1992).

- Anggota Senat/Tenaga Akademik IKOPIN, Jatinangor (1984/85 sampai dengan sekarang).

- Panitia Muktamar I Koperasi Indonesia (November 1998).

- Ketua Forum Ekonomi Kerakyatan, UPM (1998-sekarang).


Karya Tulis Buku - Handout

- Studi Mengenai Penetapan Harga Pokok Pada Perusahaan Bata di Jawa Barat, Fakultas Ekonomi UNPAD, 1965.
- Fungsi Teknis Perusahaan, Yayasan Badan Penerbit Fakultas Ekonomi UNPAD, 1969.

- Aquisitie Door Een Luchtvaartmaastchappij, Fakultas Ekonomi RUG, Belgia, 1975.

- Indonesie - Een Kwantitatief en Kwalitatief Overzicht, Fakultas Ekonomi RUG, Belgia, 1977.

- Economische Studie Van De Bevolkingsakkerbouw - Rijst - In Indonesia, Fakultas Ekonomi RUG, Belgia, 1979.
- Aspek-aspek Kewiraswastaan, Lembaga Manajemen Fakultas Ekonomi UNPAD dan KAF, German, 1982.

- Efektivitas Media Promosi Perumtel, Fakultas Ekonomi UNPAD, 1983/1984.

- Profil Pasar Dalam Negeri Dalam Rangka Peningkatan Penggunaan Hasil Produksi Dalam Negeri, Lembaga
Penelitian UNPAD dan Depdag, 1985/1986.

- Psikologi Penjualan, Penerbit PT. Angkasa, 1986.

- Teknik Penjualan, Penerbit PT. Angkasa, 1987.

- Strategi Pemasaran, Penerbit PT. Angkasa, 1987.

- Studi Pendahuluan Pola Pengembangan Kepariwisataan DKI Jakarta Sampai Dengan Tahun 2005, Departemen
Pariwisata, 1987/1988.

- Pedoman Pelaksanaan dan Evaluasi Strategi Pemasaran Perum Pos dan Giro, Lembaga Penelitian UNPAD,
1988.

- Bunga Rampai Pemasaran Jasa Asuransi, Fakultas Ekonomi UNPAD, 1990.

- Teori Organisasi Perusahaan, Fakultas Ekonomi UNPAD, 1990.

- Pokok-pokok Bahasan Pemasaran Global, Program Pascasarjana UNPAD, 1990.

- Kumpulan Pokok-pokok Bahasan Bisnis Internasional dan Perusahaan Multinasional, Program Pascasarjana UNPAD, 1991.

- Seluk-beluk Organisasi Perusahaan Moderen, Penerbit PT. Eresco, 1994.

- Strategi dan Operasional Bank, Penerbit PT. Eresco, 1996.

- Menuju Pemasaran Global, Penerbit PT. Eresco, 1996.

- Manajemen Produk, Harga dan Distribusi, Program MM UNPAD, 2000.

- Implementasi Manajemen Pemasaran Global : Perencanaan, Pengorganisasian dan Pengendalian, Program
MM UNPAD, 2000.

- Pendidikan Berwawasan Etika : Fenomena Krusial Dalam Masalah Bisnis Pasca Krisis, Orasi Pengukuhan
Jabatan Guru Besar Dalam Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi UNPAD, 2000.

- Melacak Pemikiran Strategik Pemecahan Masalah di Indonesia, Penerbit Paramadina, 2003.


Karya Tulis Artikel

- Iklan dari Mulut ke Mulut, Majalah Manajemen UI, 1990.

- Perilaku Pekerja dan Faktor yang Mempengaruhinya, Bagian 1 dan 2, Majalah Manajemen dan Usahawan UI,
1990.

- Tantangan Bisnis Retail di Masa Mendatang, PT. Indo Wira Putra, 9 April 1993.

- Peluang dan Ancaman Bisnis Eceran Tradisional di Masa Mendatang, Media Komunikasi ISEI Cabang
Bandung, September 1995.

- Relativisme Etika Pada Mahasiswa di beberapa Perguruan Tinggi di Bandung dan Jakarta, 1997-1998.
Urgensi Sistem Ekonomi dan Hukum Nasional Menghadapi Abad XXI, Majalah Manajemen dan Usahawan,
UI, 1998.

- Mencari Bentuk Baru Sistim Bisnis dan Distribusi di Indonesia, Fakultas Ekonomi UNISBA, 1998.
Antropologi Pemasaran, IMAF, 1998.

- Urgensi Sistem Ekonomi dan Hukum menjelang Era Global, Harian Umum Republika, September 1998.

- Arah Pemberdayaan Koperasi di Era Reformasi, Harian Umum Republika, September 1998.

- BUMN dan Ekonomi Kerakyatan, Harian Umum Republika, Oktober 1998.
Etika Bisnis dan Tanggungjawab Sosial Perusahaan, Seminar Manajemen Profetik, UPM, Maret 1999.

- Pendekatan Manajemen Bisnis Berbasis Profesionalisme dan Kewirausahaan : Menuju Era Indonesia Baru,
Orasi Ilmiah, Hari Wisuda STIE – STEMBI, Bandung, 24 Agustus 2002.

- Kapitalisme “Pasca-Konflik”, Harian Umum Republika, 20 Februari 2003.

- Kepemimpinan Politik yang Berkelas, Harian Umum Republika, 18 Agustus 2003.

- Pendidikan Berbasis Imajinasi Komunal, Harian Umum Pikiran Rakyat, 18 Februari 2004.

- Meracik Strategi Pemasaran Online, Value Marketing, IMAF, 2004.

- Dilema Strategikal Militer Kita di Era Perang Moderen, Buku Tantangan Pembangunan XI, Dinamika Pemikiran
SESKOAD 2004, Edisi ke 11, Forum Pengkajian SESKOAD, Desember 2004.

- Merangkul Ulang Afiliasi Historis TNI Dengan Masyarakat Menuju Kesiapan Strategik Menangkal Perang
Moderen di Era Global, Buku Tantangan Pembangunan XII, Dinamika Pemikiran SESKOAD 2005, Edisi ke 12,
Forum Pengkajian SESKOAD Desember 2005.

- Kaum “Enterpreneur” dan Arus Globalisasi, Harian Umum Pikiran Rakyat, Agustus 2005.

- Sekilas Menggugah Manajemen Berbasis Altruistik dan Moralita Dalam Konteks KeIndonesiaan, Juli 2006.

- Menjaga Harmoni Sosial di Tengah Pusaran Arus Reformasi dan Globalisasi Demi Keutuhan dan Kedaulatan
NKRI, Buku Tantangan Pembangunan XIII, Dinamika Pemikiran SESKOAD 2006, Edisi ke 13, Forum
Pengkajian SESKOAD, Desember 2006.

- “Reshuffle”, Orang atau Struktur ?, Harian Umum Pikiran Rakyat, 1 Mei 2007.

- Dehumanisasi Manajemen, Harian Umum Pikiran Rakyat, 18 September 2007.


P i a g a m

- Certificate of Studium Generale, Program MM - Widyatama, “Bisnis Kontemporer Dalam Masyarakat Madani
dan Era Ekonomi Digital”, sebagai Moderator, diberikan oleh Universitas Widyatama, Bandung, 26 Januari
2001.

- Satya Karya Bhakti Kelas I, Surat Keputusan Rektor/Ketua Senat Universitas Padjadjaran Nomor.
828/J06/Kep/KP/2001, Bandung, 24 Agustus 2001.

- Certificate of Two Days Workshop “Organizational Culture and Leadership in Transformational Change”, as
Participant, diberikan oleh Program Magister Manajemen Universitas Padjadjaran, Bandung, September 10 -
11, 2005.

- Certificate of attended the Seventh DEAN Annual Conference “Managing Higher Education in a Changing
Europe”, as Participant, given by Deans European Academic Network, Belgium, September 24 - 25, 2005.

- Certificate of Appreciation from Asean - EU University Network Programme on Distance Learning Network
Course in “Business Economics and Financial Reporting” (ASE/B7-301/1997/0178-20), Belgium, December
19th, 2005.

- Sertifikat Seminar dan Temu Ilmiah Nasional “Etika dan Persaingan Bisnis”, sebagai Penilai, diberikan oleh
Program Magister Manajemen Universitas Padjadjaran, Bandung, 4 Februari 2006.

- Sertifikat Seminar Nasional “Intelijen Bisnis sebagai Alternatif Alat Pengendalian Strategik”, sebagai
Moderator, diberikan oleh Program Magister Manajemen Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya, Jakarta, 3
Mei 2006.

- Sertifikat Lokakarya Jurusan Manajemen, sebagai Peserta, diberikan oleh Ketua Jurusan Manajemen, Fakultas
Ekonomi Universitas Padjadjaran, Lembang, 5 Juni 2006.

- Sertifikat Seminar Nasional “Pengembangan Kurikulum Menghadapi Paradigma Baru Pendidikan Manajemen”,
diberikan oleh Asosiasi Program Magister Manajemen Indonesia (APPMI) dan Program Magister Manajemen
Universitas Mataram, Mataram - NTB, 7 Juli 2006.

- Sertifikat Seminar Penelitian Bisnis “Profil Bisnis Pariwisata di Bandung”, diberikan oleh Sekolah Tinggi
Pariwisata Bandung, Bandung, 27 Maret 2008.

Pemasaran Universitas


“There is only one subject matter for education,
and that is Life in all its manivestations (Whitchead, 1932)”




1. Pendahuluan

Permintaan jasa pendidikan tinggi saat ini semakin meningkat. Hal ini dikarenakan kebutuhan dan keinginan masyarakat akan pendidikan tinggi semakin bertambah. Selain itu, pergeseran masyarakat yang berorientasi untuk mendapatkan pendidikan di luar negeri semakin menurun jumlahnya, setelah menghadapi pasca krisis ekonomi di era tahun 1998.

Situasi tersebut berpengaruh terhadap keberadaan lembaga pendidikan tinggi/perguruan tinggi di Indonesia. Diprediksi peminat untuk mengikuti pendidikan tinggi akan semakin bertambah, dengan asumsi mereka yang berencana studi ke luar negeri memutuskan beralih untuk studi di dalam negeri. Konsekuensi logik dari fenomena ini adalah beberapa perguruan tinggi akan mengalami peningkatan permintaan dari masyarakat untuk masuk ke program studi pilihannya.

Situasi ekonomi yang tidak menentu dewasa ini, tidak dapat dijadikan barometer bagi masyarakat dalam memilih universitas untuk melanjutkan pendidikan tingginya. Faktor penentu lainnya dalam pemilihan universitas antara lain : fisiologi, promosi, sumbangan/ biaya kuliah, dan tempat atau lokasi perguruan tinggi.

Favoritisme beberapa program studi tertentu juga menjadi faktor pendorong terjadinya permintaan masyarakat pada perguruan tinggi tertentu. Jika suatu program studi memiliki tingkat permintaan yang relatif tinggi maka program studi tersebut dipastikan memiliki daya tawar yang kuat terhadap peminatnya. dan begitu pula sebaliknya.

Program studi dengan tingkat permintaan yang relatif rendah pada umumnya akan mengalami hambatan dalam pengembangannya di masa mendatang. Rendahnya peminat pada suatu program studi tertentu dikarenakan beberapa faktor antara lain : ketidakjelasan daya tawar atau manfaat atas ilmu pengetahuan yang diperolehnya serta keraguan daya serap para lulusannya di pasar tenaga kerja.

Faktor lain dari kurangnya para peminat suatu program studi tertentu adalah rendahnya citra atau reputasi perguruan tinggi dan staf dosen atau tenaga pengajarnya. Citra atau reputasi lembaga pendidikan tinggi adalah jam terbang perguruan tinggi dalam mengelola organisasinya sehingga mampu membangun suatu citra/reputasi yang positif. Kemudian, citra/reputasi positif tersebut perlu pula didukung oleh staf dosen atau tenaga pengajar yang handal dan kompeten, baik dalam bidang pengajaran, penelitian dan pengabdian pada masyarakat (Tri Dharma Perguruan Tinggi).

Saat ini situasi dan kondisi universitas di seluruh nusantara tengah menghadapi dilema persaingan global. Khususnya bagi perguruan tinggi negeri (PTN) yang belum memiliki status BHMN, dihadapkan pada tuntutan untuk mampu merumuskan dan melaksanakan program transisional (transitional program) dalam rangka menuju kemandiriannya. Dengan kata lain PTN yang awalnya berstatus murni negeri, kemudian berubah berstatus Badan Layanan Umum (BLU) dan akhirnya berstatus BHMN. Tahapan perubahan status kelembagaan tersebut merupakan satu langkah ke depan untuk meningkatkan kemandirian dan daya saing universitas.

Langkah strategik lainnya, untuk meningkatkan daya saing universitas, adalah dengan merumuskan dan menerapkan pemasaran universitas.

2. Pemahaman Konseptual

2.1. Definisi Pemasaran Universitas


Konsep pemasaran yang sering diadopsi berasal dari American Marketing Association (Kotler & Keller, 2006) yang mendefinisikannya sbb: Pemasaran adalah suatu fungsi organisasi dan sekumpulan proses untuk menciptakan, mengkomunikasikan dan menyampaikan nilai kepada pelanggan serta mengelola hubungan dengan pelanggan yang kesemuanya dapat memberikan manfaat bagi organisasi dan para stakeholdernya.

Selaras dengan makna tersebut di atas, uraian dalam makalah ini berusaha mengadopsi definisi tersebut dan disesuaikan pada universitas. Dengan demikian, pemasaran universitas adalah suatu fungsi yang perlu dimiliki universitas dalam menciptakan, mengkomunikasikan dan menyampaikan nilai (informasi dan ilmu pengetahuan) kepada peserta didik/mahasiswa dan organisasi (pasar sasaran) serta mengelola hubungan dengan mereka yang kesemuanya dapat menghasilkan manfaat bagi universitas dan para stakeholdernya.

2.2. Konsep nilai

Konsep ’nilai’ dalam aktivitas pemasaran universitas adalah kemampuan universitas untuk menciptakan, mengkomunikasikan dan menyampaikan ’manfaat terhantar yang maksimal’ kepada peserta didik/mahasiswa dan organisasi (pasar sasaran) dan hal ini dimungkinkan jika diikuti dengan ’pengorbanan atau biaya yang se-efisien mungkin’. Tujuan penyampaian manfaat yang maksimal atau memiliki nilai superioritas ini adalah agar tercipta ’kepuasan’ atau ‘loyalitas’ bagi peserta didik/mahasiswa dan organisasi (pasar sasaran) .

Misalnya, yang berkenaan dengan tawaran jasa penelitian bagi Pemerintah Kota untuk melakukan Studi Potensi Peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD), maka unit LPPM yang berada di bawah universitas perlu menyelenggarakan penelitian dengan hasil temuan yang memberikan manfaat/kegunaan yang maksimal bagi Pemerintah Kota; dan bila hubungan yang saling menguntungkan serta memuaskan ini terus terjalin dan berkesinambungan akan melahirkan kesetiaan pemerintah kota untuk terus berhubungan dengan universitas tersebut.


3. Stakeholder Universitas

Berdasarkan ilustrasi diatas, universitas sebenarnya tidak hanya memiliki pasar sasaran berupa peserta didik/mahasiswa dan organisasi pemerintah kota sebagai pengguna jasanya, namun pula dapat berhadapan dengan sejumlah stakeholder lainnya. Mereka memiliki harapan, tuntutan, serta persepsi yang beragam terhadap tawaran universitas sebagai suatu ‘agent of development’ atau institusi yang dapat membawa perubahan bagi lingkungannya. Untuk itu, universitas memiliki tugas, wewenang, dan tanggung jawab yang besar dalam memenuhi kebutuhan dan keinginan para stakeholdernya.

Menurut Kotler dan Fox (1995), para stakeholder universitas terdiri dari antara lain : peserta didik/mahasiswa baik yang aktual maupun potensial, badan akreditasi, orang tua/wali, dosen, peneliti, karyawan serta staf pimpinan, dewan penyantun, universitas sejenis, pemasok, organisasi bisnis dan publik, yayasan, alumni, masyarakat setempat dan media masa.

Memahami kebutuhan dan keinginan para stakeholder universitas merupakan suatu kemampuan tersendiri. Dalam hal ini universitas perlu memiliki skala prioritas dalam memenuhi pilihan dan tuntutan mereka. Hal tersebut dikarenakan, pertama, para stakeholder memiliki harapan dan persepsi yang berbeda atas tawaran universitas dalam mendukung keberadaannya.

Kedua, pemposisian universitas di benak para stakeholder sebagai lembaga pendidikan tinggi perlu diidentifikasi dan bahkan dipertegas, apakah universitas mampu memberikan tawaran atau nilai superior atau minimal nilai paritas kepada para stakeholdernya.

Terakhir, universitas perlu pula memiliki strategic positioning dalam mencapai tujuannya sebagai ‘agent of development’ bagi masyarakat setempat, para pelaku bisnis, pemerintah dan publik lainnya, serta para alumni agar tercipta reputasi/citra positif terhadap universitas tersebut.

Strategic positioning adalah suatu unique selling proposition (USP) atau proposisi nilai jual khas universitas yang dikomunikasikan secara berulang-ulang kepada pasar sasarannya agar tercipta reputasi/citra positif masyarakat terhadap universitas tersebut. USP merupakan pula sejumlah identitas atau ciri-ciri pengenal tertentu suatu universitas terhadap para stakeholdernya yang beragam. Ilustrasi USP bagi UNPAD misalnya berupa persyaratan kelulusan bagi para mahasiswanya yang harus memiliki skor TOEFL institusional sebesar 520, dan tersedianya Career Development Center dalam memfasilitasi para mahasiswa dan alumninya.

4. Pemasaran Jasa Pendidikan Tinggi Melalui Universitas

Untuk mencapai visi dan misinya, universitas perlu menerapkan tiga aktivitas pemasaran jasa, yakni : Pemasaran Internal, Pemasaran Eksternal dan Pemasaran Interaktif.

Pemasaran Internal adalah keseluruhan aktivitas universitas yang berada di tingkat Rektorat, Fakultas, Jurusan dan/atau Departemen dalam mensosialisasikan berbagai program studi beserta kurikulum, program penelitian dan pengabdian pada masyarakat, program remunerasi dan jenjang kepangkatan yang ditawarkan kepada sumberdaya manusia (SDM) universitas, yang terdiri dari :

- Tenaga Akademik, yakni :
- Dosen Tetap
- Dosen Tidak Tetap
- Dosen Tamu
- Peneliti

- Tenaga Administratif, yakni :
- Manajemen/Pimpinan
- Karyawan

Pemasaran eksternal adalah keseluruhan aktivitas universitas yang berada di tingkat Rektorat, Fakultas, Jurusan dan/atau Departemen dalam menawarkan berbagai program studi beserta kurikulum, biaya/sumbangan kuliah, program penelitian dan pengabdian pada masyarakat kepada para stakeholder eksternalnya, yang terdiri dari :

- Peserta Didik/Mahasiswa (aktual maupun potensial), baik yang berasal lulusan SLTA/sederajat, diploma, spesialis, strata 1, dan strata2.
- Organisasi Bisnis dan Publik, termasuk Pemerintah Pusat dan Daerah.

Pemasaran interaktif adalah keseluruhan aktivitas universitas, khususnya yang berada di tingkat Jurusan dan/atau Departemen dan LPPM dalam mana para dosen dan tenaga peneliti memberikan jasa pengajaran, penelitian dan pengabdian pada masyarakat kepada para peserta didik/ mahasiswa dan organisasi baik bisnis maupun publik.

Ketiga aktivitas pemasaran jasa pendidikan (Tri Dharma Perguruan Tinggi) tersebut dilakukan dalam rangka pembentukan identitas (pemasaran eksternal), pembentukan reputasi/citra (pemasaran internal) dan pembentukan keterpaduan identitas dan reputasi/citra (pemasaran interaktif).

5. Bauran Pemasaran Jasa

Untuk melakukan pembentukan identitas serta terciptanya reputasi/citra universitas di kalangan sumberdaya manusia (SDM)-nya dan stakeholder eksternal, perlu dilakukan proses pemposisian kekhasan universitas melalui identitas terpilih. Aktivitas ini disebut sebagai positioning.

Positioning universitas dapat dilakukan melalui sejumlah bauran pemasaran jasa pendidikan tinggi, yang terdiri dari 7P : product, price, place, promotion, people, process dan physical evidence.
5.1. Product

Product adalah sejumlah tawaran universitas kepada pasar sasaran dalam rangka memenuhi kebutuhan dan keinginan mereka sehingga tercipta kepuasan dan hubungan yang berkesinambungan.

Bagi universitas, suatu produk adalah berbagai program studi yang ditawarkan Jurusan dan/atau Departemen baik yang bersifat komplementer maupun suplementer. Komponen program studi terdiri dari antara lain : kurikulum, silabi, SAP, dan sejumlah informasi lainnya yang ditawarkan pada pasar sasarannya. Sebagai misal, setiap program studi dituntut untuk mampu mengemas program tersebut agar menarik minat pasar sasaran dan mampu menghasilkan lulusan/alumni yang dapat diserap oleh para pelaku bisnis dan publik dalam masyarakat.

Ilustrasi suatu produk bagi universitas tidak hanya program studi saja, namun dapat pula berupa program penelitian (academic and applied research) serta program pengabdian pada masyarakat (pelatihan dan konsultasi). Kedua tawaran tersebut perlu dikelola oleh unit kerja tersendiri di lingkungan universitas yang bernama Lembaga Penelitian dan Pengabdian pada Masyarakat (LPPM).

5.2. Price

Price yaitu sejumlah uang yang harus dipikul para peminta jasa pendidikan tinggi atau dengan kata lain tarif atas tawaran yang dibeli oleh pasar sasaran. Sebagai misal, uang kuliah semesteran, biaya praktikum, dan biaya lainnya. Keputusan untuk menetapkan tarif atas jasa pendidikan yang ditawarkan termasuk didalamnya sejumlah persyaratan pembayaran dan diskriminasi tarif atau biaya/sumbangan yang harus ditanggung pasar sasaran.

5.3. Place

Place yaitu proses penghantaran jasa pendidikan tinggi melalui penyediaan lokasi fisik yang mudah diakses pasar sasaran. Sebagai misal, lokasi kampus untuk proses perkuliahan, dan juga lokasi Lembaga Penelitian dan Pengabdian Pada Masyarakat yang bersifat strategik.

Aktivitas dalam menawarkan program studi oleh Fakultas/Jurusan dan/atau Departemen, saat ini tidak hanya dilaksanakan di lokasi kampus utama, namun dapat pula dilakukan di lokasi lainnya yang masih menjadi lingkungan wilayah universitas, baik dalam cakupan antar kota maupun antar kabupaten.

5.4. Promotion

Promotion yaitu aktivitas untuk mengkomunikasikan jasa pendidikan tinggi yang ditawarkan universitas dalam rangka membangun persepsi, afeksi dan keputusan program studi yang dipilihnya. Aktivitas promosi yang dilakukan universitas perlu mengacu pada praktek promosi yang dilakukan organisasi bisnis. Misalnya, penggunaan program periklanan melalui media cetak untuk mempromosikan program studi yang ditawarkan universitas, dan penggunaan program public relation (PR) melalui media masa dalam rangka menjalin hubungan masyarakat.

Untuk mensukseskan program promosi, perlu diperhatikan lima keputusan promosi (5M), yaitu Mission (tujuan/sasaran promosi), Media (pilihan media yang digunakan), Message (penggunaan pesan dalam membangun reputasi/citra dan identitas universitas), Money (besaran anggaran untuk melakukan promosi) dan Mix (bauran alat-alat promosi yang digunakan).

5.5. People

People yaitu sumberdaya manusia (SDM) yang menghantarkan jasa pendidikan tinggi pada pasar sasarannya, antara lain terdiri tenaga dosen dan peneliti.
SDM universitas memiliki peran penting, terutama dalam melaksanakan aktivitas pemasaran internal dan interaktif.

5.6. Process

Process yaitu sejumlah aktivitas operasi atau pelayanan universitas kepada seluruh stakeholder universitas, baik internal maupun eksternal Sebagai misal, proses perkuliahan, penelitian, dan pengabdian pada masyarakat. yang harus mampu dituangkan dalam suatu jadwal yang komunikatif dan efektif seperti :

- Jadwal Perkuliahan
- Jadwal Penelitian
- Jadwal Pengabdian pada Masyarakat
- Jadwal Laboratorium
- Jadwal Pelayanan Administratif, dan
- Jadwal Perpustakaan

5.7. Physical Evidence


Physical evidence yaitu sejumlah sarana dan prasarana yang dimiliki universitas dalam menjalankan aktivitasnya sehingga berbagai tawaran yang ditujukan pada pasar sasarannya dapat diterima secara efektif dan efisien., yakni antara lain meliputi :

- Fasilitas Parkir
- Pertamanan
- Fasilitas Peribadatan
- Fasilitas Kemahasiswaan
- Fasilitas Kesehatan
- Fasilitas Wireless Internet/Hotspot
- Fasilitas Olahraga dan Kesenian
- Fasilitas Pemondokan
- Fasilitas Praktek Kerja Lapangan, dan
- Fasilitas Dual/Sandwich Study

6. Kinerja Pemasaran Universitas

6.1. Popularitas

Kinerja pemasaran universitas biasanya diukur dari popularitas universitas berdasarkan pilihan para stakeholder, khususnya para pengguna lulusan/alumni. Salah satu stakeholder yang melakukan pengukuran popularitas universitas adalah kalangan media masa. Sebagai misal, Majalah Tempo dan Majalah SWA pernah melakukan perankingan popularitas universitas di Indonesia berdasarkan preferensi orang tua dan pengguna lulusan/alumni. Di Amerika Serikat, majalah Business Week dan Majalah Forbes secara rutin mempublikasikan ranking universitas.

Hasil penelitian Domino et al. (2006) menunjukan bahwa faktor biaya perkuliahan dan perolehan beasiswa mempengaruhi masyarakat dalam memilih suatu perguruan tinggi. Soutar dan Turner (2002) mengatakan bahwa program studi, reputasi akademik, prospek pekerjaan dan kualitas dosen merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan suatu perguruan tinggi. Faktor lainnya adalah ketersediaan fasilitas fisik yang diperlukan mahasiswa selama mengikuti perkuliahan (Joseph & Joseph, 2002).
6.2. Akreditasi

Diknas disamping bertindak selaku administrator pendidikan nasional juga berfungsi selaku badan akreditasi atas kinerja program studi yang tersedia di universitas. Adapun berbagai indikator yang digunakan sebagai alat ukur dalam mengakreditasi program studi adalah :

- Standar Isi (Kurikulum)
- Standar Proses (Proses Belajar Mengajar /PBM)
- Standar Penilaian Pendidikan
- Standar Kompetensi Lulusan
- Standar Tenaga Pendidik dan Tenaga Kependidikan (SDM)
o Tenaga Pendidik (dosen)
o Tenaga Kependidikan (tenaga pendukung/ administratif)
- Standar Sarana dan Prasarana
o Pendayagunaan Prasarana
o Ketersediaan Sarana
- Standar Pengelolaan
o Organisasi Penyelenggaraan (struktur organisasi)
o Manajemen/Pengelolaan
o Pedoman Operasional Penyelenggaraan
o Standar Pembiayaan

Nilai akreditasi adalah satu indikator penting yang dapat dipasarkan universitas untuk meningkatkan popularitas program studi yang dimiliki dan ditawarkannya. Selain itu, nilai akreditasi dapat digunakan pula sebagai identitas suatu program studi dalam usaha membangun pemposisiannya di benak peserta didik/mahasiswa, dan organisasi bisnis dan publik sebagai pasar sasarannya.

7. Model Komprehensif Pemasaran Universitas

Pemasaran jasa pendidikan tinggi adalah suatu aktivitas yang perlu dimiliki oleh universitas dalam memasarkan berbagai program studi, program penelitian dan konsultasi serta program pengabdian pada masyarakat kepada pasar sasarannya. Namun dalam melakukan pemasaran tersebut, universitas perlu memperhatikan lingkungan yang dihadapinya antara lain :

Pertama adalah Lingkungan Industri.
Universitas adalah bagian daripada pelaku industri jasa pendidikan tinggi yang tidak terlepas dari iklim persaingan. Untuk hal itu, universitas perlu memiliki keunggulan bersaing dalam berbagai aspek, antara lain :

- Ketersediaan Sarana dan Prasarana,
- Pengembangan dan Penerapan IPTEK,
- Jejaring dan Kerjasama,
- Program Beasiswa,
- Program Studi dan Kurikulum,
- Profil Manajemen dan Karyawan,
- Profil Dosen, serta Peneliti,
- Profil Mahasiswa dan Alumni

Bila universitas memiliki keunggulan saing yang khas dan spesifik (distinctive competitive advantage) dari salah satu aspek tersebut diatas, maka universitas memiliki peluang untuk mendayagunakan keunggulan saing tersebut dalam berbagai kegiatan promosinya. Misalnya :

- Markplank Institute di Jerman dikenal sebagai tempat kelahiran Albert Einstein selaku
peneliti kaliber dunia.
- University of New South Wales di Sydney Australia secara rutin mengadakan Public Lecture
yang berjudul CEO Talk, dimana para pembicara pada forum tersebut adalah para
alumninya selaku CEO di berbagai Multinational Company (MNC) atau Transnational
Company (TNC).
- Unpad menyelenggarakan Public Lecture dalam rangka menghormati Prof. Dr. Mochtar
Kusumaatmadja selaku mantan dosen/pimpinan UNPAD, yang pernah dipercaya memangku
jabatan Menteri Luar Negeri RI.

Kedua adalah Lingkungan Pasar Jasa Pendidikan Tinggi.
Universitas tidak hanya menawarkan jasa pendidikan tinggi pada perserta didik/mahasiswa yang berasal dari lulusan SLTA/sederajat, namun juga yang berasal dari lulusan diploma, spesialis, strata 1, dan strata2.

Kamis, 15 Mei 2008

Dehumanisasi Praktik Manajemen Indonesia

Belum lama berselang diberitakan ada sekitar 600 orang pimpinan (CEO) perusahaan berskala global telah mengikuti konferensi UN Global Compact di Geneva, Swiss, untuk bertukar pikiran mengenai standardisasi perilaku moral dan etika praktik manajemen korporasi. Motivasi mereka berkumpul tak lain untuk merumuskan pijakan humanisasi organisasi bisnis yang lebih kokoh bagi peningkatan program pertanggungjawaban sosial perusahaan (corporate social responsibility), sehingga praktik manajemen mereka yang lazimnya berorientasi profit semata, semakin bergeser menjadi “memanusiakan manusia”. Wujud partisipasi konkretnya bisa mencakup upaya-upaya bersama untuk mengurangi kesenjangan kemiskinan, menjaga kelestarian lingkungan, menegakkan hak asasi manusia dan bahkan ikut aktif mengurangi wabah korupsi, terutama di belahan dunia Timur yang mayoritas warga masyarakatnya masih berkubang nestapa.
Fenomena tersebut memperlihatkan bahwa para industrialis Barat belakangan ini semakin punya “hati” terhadap masyarakat Timur yang masih serba kekurangan. Agaknya mereka menyadari bahwa kerakusan meraup profit di belahan Timur lambat laun malah ikut menabur kemiskinan dan menebar kesenjangan materi antara Timur dan Barat, yang kemudian beresultante melahirkan perlawanan terselubung, berupa tumbuh kembangnya aksi-aksi terorisme global menentang hagemoni ekonomi dan bisnis Barat. Hal seperti itu jusru kontra produktif bagi kelanggengan dan kenyamanan usaha para industrialis Barat, dikarenakan dunia menjadi tidak aman lagi, serba rawan akan tindakan sabotase serta terorisme yang semakin marak, kian kuat militansinya, dan semakin rapih pengorganisasiannya.
Jangan dilupakan bahwa jika kini praktik manajemen di lahan kaum kapitalis Barat bisa sukses berkembang tanpa limit, justru dikarenakan pelaksanaannya sangat mengedepankan nuansa kemanusiaan. Refleksi praktik tersebut dapat terlihat antara lain dari terpeliharanya pelayanan publik secara prima, terhormatnya hukum sebagai panglima kebenaran, ternistanya korupsi, terjaganya kelestarian lingkungan, terawasinya mutu produk-produk industri, terlaksananya standardisasi upah pekerja yang memadai, terlindunginya hak konsumen, terciptanya keadilan sosial, teraktualisasinya demokrasi yang adil dan merata, terpeliharanya kesehatan masyarakat, dan terjaganya kualitas pendidikan yang unggul. Semangat kemanusiaan atau humanisasi di balik praktik manajemen ini secara konsisten dievaluasi, diperbaharui, dan disempurnakan seirama perkembangan zaman. Sayangnya hal-hal demikian acapkali luput dari perhatian para pengkritik kapitalisme.

Managing people

Pada mulanya, penerapan konsepsi ilmiah mengenai praktik manajemen yang pertama kali dirintis dan diaplikasikan di dunia bisnis Barat, seiring gelora revolusi industri di abad ke-18, sangatlah berorientasi pada upaya mengejar profit semata. Unsur manusia (buruh dan karyawan) hanya diposisikan “sejajar” dengan perangkat mesin di pabrik. Perang Dunia II yang terjadi akibat petualangan, persaingan, dan kerakusan mengejar profit – terutama di kalangan politisi dan industrialis - telah menyadarkan bangsa Barat akan pentingnya mengedepankan semangat kemanusiaan di balik tirai praktik manajemen bisnis mereka. Kemudian timbul kesadaran kolektif bahwa lunturnya kemanusiaan hanya berujung meletupkan konflik-konflik sosial yang parah di tengah masyarakat, bahkan sanggup memicu agresi liar peperangan yang memporak-porandakan kehidupan berbangsa dan bernegara yang berdampak menyengsarakan semua pihak, baik kaum papa maupun kaum berpunya.
Tak heran jika seusai Perang Dunia II, para akademisi berbagai perguruan tinggi di Barat, terutama di Eropa, mulai aktif mensosialisasikan dan mengingatkan masyarakatnya bahwa esensi dari praktik manajemen adalah humanisasi: managing people. Bukan lagi hanya memanaj angka-angka, uang, teknologi, administrasi, ataupun tumpukan kertas, tetapi memanaj manusia yang punya eksistensi, cinta, rasa, dan martabat diri. Pada era inilah praktik manajemen versi ideologi kapitalisme mulai mengedepankan corak kemanusiaannya, khususnya yang diterapkan di negeri mereka sendiri. Hasilnya memang menakjubkan. Tingkat kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat Barat pun lantas menanjak pesat, peradaban bersinar, serta ilmu dan teknologi melejit tak alang kepalang, hingga detik ini.
Berbekal semangat humanisasi kapitalisme inilah mengalir paradigma mengenai orientasi praktik manajemen yang “memanusiakan manusia”, di mana gaungnya pun seringkali kita dengar di tanah air, seperti diperkenalkannya konsep manajemen altruistik (a social behavior carried out by an individual or organization to benefit another without anticipation of rewards from external sources), yang belakangan popular disebut sebagai manajemen berbasis pemangku kepentingan. Konsep inilah yang kemudian menginspirasi munculnya aktivitas CSR (Corporate Social Responsibility) oleh para industrialis di Indonesia. Menurut Winwin Yadiati, CSR didefinisikan sebagai “komitmen perusahaan untuk berperilaku etis dan berkontribusi terhadap pembangunan ekonomi yang berkelanjutan seraya meningkatkan kualitas hidup karyawan dan keluarganya, komunitas lokal, dan masyarakat luas” (PR, 2007). CSR mengilhami pula hadirnya gagasan maupun program filantropi global - MDGs (Millennium Development Goals) - yang diprakarsai para pelaku sektor publik, yang notabene disponsori dunia Barat.
Target penting yang dicanangkan program MDGs adalah untuk mengurangi kemiskinan global dengan terlebih dahulu menghilangkan permasalahan buta huruf, kemudian menjamin kesempatan memperoleh pendidikan bagi anak-anak di seluruh pelosok dunia. Program ini bertujuan pula memperluas pelayanan kesehatan bagi kaum papa, menegakkan kesetaraan jender dengan meningkatkan pemberdayaan kaum wanita, menjaga kelestarian lingkungan hidup, serta menghilangkan perdagangan dan perbudakan manusia. Kesemua sasaran tersebut diharapkan dapat dicapai selambat-lambatnya pada tahun 2015.

Dehumanisasi

Sayangnya di era reformasi ini, tren humanisasi praktik manajemen tak lantas diadopsi tulus hati oleh para pengambil keputusan di tanah air. Jika ada pejabat publik ataupun pebisnis kita yang berbicara kemanusiaan, rasanya “sulit dipercaya”, sebab faktanya hanya menjadi jargon pemanis belaka: lain di mulut lain di hati. Belum tegas terlihat motivasi kuat untuk menghadirkan semangat humanisasi di balik tirai praktik manajemen yang dicanangkannya itu. Malah yang nampak kasat mata setelah 10 tahun mengarungi samudera reformasi, justru menguatnya tren dehumanisasi praktik manajemen di bumi nusantara tercinta ini. Fenomenanya bisa nampak pada kenaikan drastis harga bensin demi mengurangi subsidi, tertatih-tatihnya penanganan korban Lumpur Lapindo, perubahan tarif jalan tol demi investasi baru, pemaksaan penggunaan kompor bertabung gas menggantikan minyak tanah, komersialisasi pendidikan demi peningkatan kualitas, standardisasi pengupahan yang masih pas-pasan, melonjaknya penghasilan pejabat publik tanpa diimbangi prestasi, karut-marut dan rawannya pelayanan publik, maraknya bunuh diri tanpa ada yang mau peduli, membumbungnya harga barang kebutuhan pokok sehari-hari, kerusakan lingkungan yang menggelindingkan bencana alam, minimnya perlindungan terhadap TKW penghasil devisa, serta hampanya penanganan gelombang kemiskinan maupun PHK yang kelak akan menjadi “bom waktu”.
Biasanya, dalam tren dehumanisasi praktik manajemen seperti itu, orang akan berkecenderungan menanggalkan pula etika dan moralita kerjanya. Narsisme dan egosentrisme akan menguat. Agama pun tergadaikan sebatas formalisme ritualitas belaka. Tujuan dari semua tingkah laku kolektif pun akhirnya direduksi menjadi satu kata: uang atau “profit”. Sepintas, perjalanan situasi ke-Indonesia-an saat ini boleh dibilang hampir identik dengan siklus sosial Eropa yang pernah mengagung-agungkan profit semenjak era revolusi industri hingga titik klimaks saat pecahnya Perang Dunia II. Tidak hanya itu, sejarah sebelum era itu pun senantiasa mengajarkan bahwa ketika area humanisasi suatu bangsa mengecil sehingga lokasi dehumanisasinya membesar, maka yang akan terjadi kemudian adalah konflik sosial berdarah, chaos, desintegrasi, atau bahkan kepunahan. Hal ini yang patut direnungkan dan dicermati bersama.
Walaupun hakekat reformasi adalah humanisasi di segala bidang kehidupan demi kemerdekaan jiwa dari tirani berpuluh-puluh tahun oleh bangsa sendiri, namun dalam kenyataannya reformasi belum juga berkesanggupan meredusir dehumanisasi praktik manajemen warisan Orla dan Orba. Bahkan demokrasi di era Orde Reformasi yang kita banggakan, hanya menghasilkan antrian panjang rakyat yang berebut sembako, atau berpanas-panas menunggu jatah minyak tanah. Penyempitan ruang humanisasi praktik manajemen seperti itu, bisa diprediksikan semakin memperlemah survival anak bangsa untuk bisa lolos dari krisis multi-dimensi hasil warisan dosa-dosa kesejarahan masa lalu. Hal tersebut jauh berbeda dengan masyarakat Barat, semisal Eropa, yang sukses meloloskan diri dari jerat dehumanisasi atas dosa-dosa kolektif dari jejak kekeliruan nurani masa lalunya. Fasilitas publik terus disempurnakan, terutama bagi para penyandang cacat, yang merefleksikan tanda-tanda semakin humanisnya praktik manajemen di sana. Gelimang kemakmuran tidak lantas membuat Uni Eropa takabur menyepelekan spirit humanisasi, justru sebaliknya semakin diperkokoh memperkaya peradaban mereka.
Dalam napak tilas pribadi, penulis bersyukur memperoleh kesempatan melakukan observasi empiris mempelajari dinamika Uni Eropa saat ini dengan menyusuri daratan Amsterdam-Brussels-Paris, menjelajahi kota hingga ke pelosok desa, berjumpa para petani, pengusaha, hingga kalangan akademisi di berbagai perguruan tinggi. Hal yang mengejutkan, umumnya orang di sana lebih antusias membahas perkembangan di Vietnam atau Malaysia. Bila berbicara mengenai Indonesia mereka lebih tertarik mempertanyakan permasalahan yang tengah dihadapi negara kita. Sungguh kontras dibandingkan dengan perjalanan yang sama era tahun 70-an, di mana penulis seringkali kewalahan menjawab pertanyaan tentang ketertarikan masyarakat Eropa akan eksotisme Indonesia.
Memang, Indonesia adalah negeri cantik yang tengah terbenam dalam pusaran arus beban permasalahan makro-sosial dan mikro-ekonomi yang datang secara bersamaan. Dalam situasi demikian tidak ada resep solusi teoritikal “mujarab” yang bisa diterapkan. Satu-satunya jalan terang yang terbuka hanyalah dengan kesadaran kolektif untuk menolak setiap langkah yang beraroma dehumanisasi sekaligus berkeberanian meng-humanisasi-kan praktik manajemen di negeri ini. Meletakkan kebijakan pondasi “memanusiakan manusia” di atas tirai perhitungan angka-angka presentase profit ataupun sederetan perhitungan statistik pertumbuhan yang kerap meninabobokkan realitas kemanusiaan di lapangan. Semoga di bulan suci Ramadhan yang sarat pesan empati sosial ini, nuansa kemanusiaan kita pun perlahan-lahan beranjak mekar, meneduhkan zaman yang katanya sudah bertambah edan.


--o0o--